Oleh:
Pusat Studi Nano Biologi, Universitas Brawijaya
A. Latar Belakang dan Dasar Inovasi
Mengingat kretek merupakan bagian dari budaya dan merupakan bagian dari masalah nasional yang pelik menyangkut aspek isu kesehatan, maka Kelompok Studi UB bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Peluruhan Radikal Bebas berusaha ikut memecahkan permasalahan. Dari kompetensi yang kami miliki, dan dari hasil telaah penelitian tentang asap rokok selama ini, kita berkesimpulan untuk tidak semata-mata menggunakan kajian berbasis Kimia Analitik dan kajian Biologi yang reduksionistik, seperti yang selama ini dipakai untuk mendiskusikan dampak asap rokok terhadap kesehatan. Kita berusaha mengembangkan cara berfikir berbeda dengan membangun konsep Kretek Sehat menggunakan titik pandang baru yang basisnya adalah pemikiran yang lebih holistik dan fundamental dengan memanfaatkan pengetahuan di bidang Fisika Modern dikombinasikan dengan Biologi Sel dan Molekuler. Asap selanjutnya dikaji dengan memandangnya sebagai kumpulan partikel organik dan mendiskusikannya dengan memperhatikan sifat magnetik dari setiap konfigurasi atomik dan molekulernya, agar dapat mengarah pada perolehan kesimpulan untuk dasar inovasi teknologi pengurangan dampak negatif merokok.
Asap rokok sering dinilai sebagai penyebab berbagai masalah kesehatan karena dapat menimbulkan berbagai penyakit fisiologis maupun genetik. Kesimpulan ini sudah dipublikasikan di banyak sekali hasil penelitian. Namun demikian ada beberapa hal yang perlu dicermati dari hasil-hasil penelitian yang sudah sangat banyak tersebut, dan ternyata ada beberapa kelemahan yang perlu kita pertimbangkan sebelum kita memakainya untuk membuat keputusan, kebijakan maupun fatwa. Catatan kami menunjukkan hal-hal sebagai berikut yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan:
Pertama:
Asap rokok termasuk Kretek mengandung komponen kimiawi yang jenisnya dapat mencapai puluhan ribu komponen. Komponen-komponen kimia yang terdapat dalam asap rokok terbukti membentuk partikulasi antara 1 sampai 10.000 nanometer (nm) (Lidia et al, 1996, Ning et al., 2006, Wayne et al., 2005, Wardoyo (disertasi), 2008). Partkel-partikel ini terbentuk dari gabungan senyawa-senyawa organik dalam asap. Senyawa-senyawa tersebut memiliki potensi gaya magnetik dan elektromagnetik, dengan demikian komponen-komponen kimia khususnya yang bersifat aromatik di ujung batang rokok yang bersuhu 400-600oC dapat membentuk partikel (polimer). Secara sendiri-sendiri komponen-komponen kimia asap itu bisa jadi berbahaya, namun dalam bentuk partikulasi yang merupakan gabungan komponen-komponen belum tentu berbahaya. Pembentukan polimer gabungan secara teoritis akan membentuk sifat gabungan yang berbeda dengan sifat masing-masing komponen (Albert et al., 1996). Dengan memakai pandangan ini, sesungguhnya terlalu dini bila hasil analisis kimia tentang kandungan asap kretek langsung dihubungkan dan disimpulkan sebagai dampak negatip asap kretek terhadap kesehatan atau sistem biologis pada umumnya.
Pada dasarnya senyawa-senyawa yang ada pada asap rokok adalah senyawa aromatis, beberapa diantaranya dianggap mempunyai gugus radikal yang dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa penyusun tubuh. Berbagai kandungan kimia dalam asap rokok seperti benzapyren, nikotin karbon monooksida dan lain-lain merupakan senyawa kimia yang dianggap memiliki kemampuan bereaksi dan mengganggu dalam tubuh manusia (Novello, S, and E. Baldin, 2006, Sumitro, 1996). Pandangan inilah yang kemudian dipakai sebagai dasar penjelasan mengapa muncul penyakit pada perokok yang dikonfirmasi dari hasil eksperimen laboratorium dengan hewan coba yang diasapi dengan asap rokok. Pada hal di sisi lain, senyawa-senyawa yang terkandung dalam asap rokok tersebut juga merupakan bagian yang memunculkan cita rasa kenikmatan merokok.
Kedua:
Banyaknya orang di Indonesia merokok yang tetap sehat dan beberapa studi yang sering dianggap kontroversial seperti studi yang dilakukan oleh James E. Enstrom, Ph.D., M.P.H dari UCLA, sesungguhnya cukup memberikan signal kemungkinan adanya sifat positip asap rokok yang perlu kita kenali. Sementara itu kita tidak punya data primer yang dibangun dari hasil survei dengan pendekatan pengambilan data berbasis populasi (population based sampling method). Artinya kita belum memiliki penelitian tentang dampak merokok ini dengan menggunakan sampel perokok (dapat difokuskan di Kretek), dan bukannya sampel dari orang sakit yang datang di rumah sakit (hospital base sampling method). Mengingat besaran dampak masalahnya, maka sangat perlu untuk melakukan penelitian bersifat population based survei secara mandiri berskala nasional yang dilakukan oleh pemerintah untuk tujuan menakar dampak Kretek secara komprehensif dan cermat serta tepat.
Ketiga:
Rokok Kretek adalah rokok khas Indonesia yang berbeda dengan rokok dan cerutu yang sudah banyak diteliti di Barat. Belum pernah ada penelitian yang komprehensif secara khusus ditujukan untuk menakar dampak rokok kretek ini. Penelitian yang ada umumnya bersifat parsial, sektorial dan belum memberikan nuansa secara holistik. Dampak rokok ini perlu diukur dan ditakar dengan memperhatikan aspek secara keseluruhan baik dari aspek kesehatan, ekonomi, sosial, budaya sampai dengan dampaknya di aspek psikologi sosial maupun individual. Benarkah Kretek menyebabkan ketagihan (adiksi?), ataukah sebaliknya, Kretek memang diperlukan oleh orang-orang yang sedang dalam kondisi Psikologis tidak baik (stres, tertekan)? Hal ini perlu diteliti lebih jauh
B. Penyebab Masalah Adalah Radikal Bebas Khususnya Merkuri
Kami memiliki logika pemikiran berbeda tentang efek asap rokok ini hubungannya dengan kesehatan. Kami menaruh kecurigaan terhadap radikal bebas akibat pembakaran tidak sempurna (Richard R. Baker, 2006), dan keberadaan merkuri dalam tembakau dan lingkungan (Zahar, G. 2006). Publikasi-publikasi tentang kemungkinan peran merkuri dalam menimbulkan bahaya dalam merokok beberapa kali muncul (Michael J. Et al., 2002, Qun Hu, et al., 2003), namun kurang memperoleh perhatian. Pada hal melihat sifat merkuri yang luar biasa mustinya harus dicurigai. Sifat merkuri cenderung membentuk senyawa biradikal dan memiliki wilayah medan gaya sangat besar dan terus-menerus secara otomatis dapat membesar dalam bentuk gas dengan perilakukanya yang bagaikan siluman (relativistik) (Hess, B, 1990, Sumitro, S.B., and G. Zahar, 2010, Sumitro, SB., 2011). Dengan demikian, fakta sebarannya yang sangat luas di Biosfir maupun penggunaannya yang sangat luas dalam kehidupan manusia (seperti kosmetik, pertambangan, pewarna, dan tambalan gigi), peran merkuri sebagai penyebab utama gangguan kesehatan dari asap rokok sangat perlu dipertimbangkan. Apalagi saat ini intensitas sinar UV matahari jenis C yang semakin intensif sampai ke permukaan bumi akibat dari adanya kerusakan lapisan ozon di lapisan atas atmosfir, kami menduga kuat merkuri menjadi sangat mudah mengalami transisi elektron dan teraktifkan untuk membentuk berbagai inisiatif gangguan terhadap sistem kehidupan di bumi. Atas dasar inilah, kami cenderung berpendapat bahwa penyebab utama gangguan kesehatan (sebagai biangnya masalah) adalah radikal bebas khususnya atom-atom logam berat seperti merkuri dan bukannya senyawa-senyawa organik dalam asap rokok.
C. Beberapa Temuan Awal yang Sudah Kami Miliki
Menghilangkan radikal bebas terutama unsur merkuri dan logam berat dalam Kretek, adalah strategi kami dalam membuat asap Kretek jauh lebih aman. Lebih dari itu, setelah radikal bebas dapat dijinakkan dalam asap, keberadaan partikel yang merupakan polimer gabungan komponen organik diperkirakan justru cenderung menyehatkan. Dari hasil simulasi dengan computer software crystal makers yang kami lakukan, partikel-partikel tersebut dapat berpeluang memberdayakan energi unsur merkuri yang terperangkap di dalamnya untuk didonasikan ke dalam system fisiologis tubuh dalam bentuk transport elektron skala milli Volt. Dari dasar berfikir seperti inilah kita membuat inovasi Kretek Sehat (divine Kretek) dan tidak menghilangkan unsur nikmatnya.
Merkuri adalah radikal bebas yang berada dalam fase gas dan memiliki sifat relatifistik. Sifat-sifatnya ini ditambah lagi sifatnya sebagai logam berat yang khas dan kemungkinan peluangnya yang besar untuk membentuk Plumbum atau Aurum artificial, jauh lebih reaktif dibandingkan senyawa-senyawa tersebut di atas (Hess B., 1990). Kami memiliki teknik merubah sifat merkuri dari keberadaannya di dalam senyawa-senyawa aromatis yang terkandung dalam rokok, serta mengikatnya agar lebih tenang. Hasilnya adalah asap rokok yang lebih tenang dengan partikel yang lebih kecil, tidak berbau dan dapat menjernihkan ruangan berasap. Berbagai hasil eksperimen kami dengan hewan coba tidak membahayakan. Selain itu, uji coba pada perokok yang secara suka-rela menjadi probandus percobaan membuktikan bahwa Asap Kretek memperbaiki keluhan-keluhan mereka sementara tidak mengurangi kualitas cita rasa kenikmatan merokok khususnya bagi mereka yang merokok kretek jenis mild.
Untuk selanjutnya kami ingin melangkah lebih jauh. Kami ingin tahu bagaimana persisnya mekanisme “penjinakan” asap rokok ini, dan bagaimana mekanisme terjadinya polimerisasi struktur komplek untuk menjadi partikel agar diperoleh formulasi yang lebih mudah dan efektif untuk pengembangan Kretek Sehat.
Daftar Pustaka
- Albert, B., D. Bray, J. Lewis, M. Raff, K. Roberts, J.D. Watson, 1994. Molecular Biology of the Cell, 3rd ed. Garland Publish., Inc. New York.
- Bernd Hess (ed.), 1990. Relativistic Effects in Heavy-Element Chemistry and Physics. Book of Theoretical Chemistry , University of Erlangen –Nuremberg 91058 Erlangen, Germany bernd.hess@chemie.uni-erlangen.de
- James Enstrom, 2007. Defending Legitimate Epidemiologic Research; Combating Lysenko Pseudoscience. Epidemiologic Perspectives & Innovations, 4:11 doi:10.1186/1742-5573-4-11
- Lidia Morawska, Milan Jamriska, and Neville D. Bofingerb, 1997. Size characteristics and ageing of the environmental tobacco smoke. The Science of the Total Environment 196 (1997) 43—55.
- Michael J. Chang, Reta L. McDaniel, John D. Naworal and David A. Self, 2002. A rapid method for the determination of mercury in mainstream cigarette smoke by two-stage amalgamation cold vapor atomic absorption spectrometry. J. Anal. At. Spectrom, 2002, 17, 710–715
- Paul R Nelson, Fred W. Conrad, Susan P. Kelly, Katherine C Maiolo, Joel D. Richardson, and Michael W. Ogden, 1997. Composition of Environtmental Tobacco Smoke (ETS)from International Cigarettes Part II. Environtal International, 24 (3): 251-257.
- Ning Z., C.S. Cheung, J. Fu, M.A. Liu, M.A. Schnell, 2006. Experimental study of environmental tobacco smoke particles under actual indoor environment. Science of the Total Environment 367 (2006) 822–830.
- Qun Hu, Guangyu Yang, Jing Ma, and Jikai Liu, 2003. Simultaneous Determination of Tin, Nickel, Lead, Cadmium and Mercury in Cigarette Material by Solid Phase Extraction and HPLC. Bull. Korean Chem Soc. 24 (10): 1433-1436.
- Richard R. Baker, 2006. Smoke generation inside a burning cigarette: Modifying combustion to develop cigarettes that may be less hazardous to health. Progress in Energy and Combustion Science 32: 373–385
- Sutiman B. Sumitro, Sri Widyarti, and Fatchiyah Fatah, 1996-1999. Benzapyren on Heat Shock Ptotein expresion in proliferative bronchioli cells of mice and rats. Program Riset Unggulan Nasional III.
- Sutiman B. Sumitro and Gretha Zahar, 2010. The relativistic character of mercury is important factor in deteriorating the living system. ICEME, April 6th – 9th, 2010 – Orlando, Florida, USA
- Sutiman B. Sumitro, 2011. Study on biradical base complex structure: A possible way to find out natural nanoparticles from the human body. www.iiis-2011.org/iceme
- Wayne R. Ott, and Hans C. Siegmann, 2005. Using multiple continuous fine particle monitors to characterize tobacco, incense, candle, cooking, wood burning, and vehicular sources in indoor, outdoor, and in-transit settings. Atmospheric Environment 40 (2006) 821–84.
- Novello, S, and E. Baldin. 2006. Women and lung cancer. Annals of Oncology 17 (Supplement 2): ii79–ii82,
- Zahar G, 2006. Divine cigarette.com dan Balur.com
Leave a Reply